HUBUNGAN
ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Samsiah
Semester V
C, FKM UWIGAMA, NPM : 10.13201.01395
Blog : samsiah81.blogspot.com
A. Latar Belakang
Masalah
Menurut
Jacobson (2004) dalam Soetjiningsih (2004), mengatakan bahwa anemia pada remaja
usia 12-14 bila kadar Hb < 12,3 g% bagi laki-laki dan Hb < 11,8 g% untuk perempuan.
Menurut Rachmawati (2007), anemia ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah. Anemia sering dianggap penyakit biasa. Ketika mengalami gejala
kurang darah seperti letih, lesu, pucat, dan berkeringat dingin, banyak orang mengabaikannya.
Padahal, jika tidak segera diatasi kondisi ini bisa menimbulkan dampak lebih
serius terhadap kualitas SDM.
Berdasarkan
survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2001 yang
dikutip Usman (2008), bahwa di Amerika Serikat 30-40% balita dan wanita usia
subur (WUS) dengan status anemia defisiensi besi. Sedangkan hasil survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 dalam Dahuri (2005) oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang terdapat 26,5% pada anak usia sekolah dan remaja
mengalami anemia gizi besi. Ditegaskan pula oleh Soedjatmiko (2000) dalam
Rachmawati (2007), bahwa angka anemia untuk remaja putri sebesar 6,3 juta jiwa
(57,1%). Pada kelompok anak usia sekolah 6-18 tahun menurut Fadilah (2007)
dalam Rachmawati (2007) bahwa anemia gizi besi mencapai 65 juta jiwa.
Para remaja
rentan mengalami kurang gizi besi pada periode puncak tumbuh kembang. Kurangnya
asupan gizi besi ini dikarenakan pola makan yang salah, serta pengaruh dari
lingkungan. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di lapangan
terhadap 10 Mahasiswa, didapatkan 5 mahasiswa mengalami anemia, 3 diantaranya mempunyai prestasi belajar
yang rendah.
Berbagai
kajian ilmiah menunjukkan bahwa penderita kekurangan zat besi berdampak negatif
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Zat besi sebagai pigmen pengangkut oksigen
(O2) dalam darah, sedangkan O2 sendiri diperlukan tubuh
untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi. Kurangnya kadar O2
dalam darah menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi sel di seluruh tubuh
termasuk otak. Sebagai akibatnya seperti yang diungkapkan Fadilah (2007) dalam
Rachmawati (2007), kemampuan berfikir atau kognitif anak sekolah terganggu,
badan menjadi lemah, letih, lesu dan lalai. Hal ini dapat menyebabkan turunnya kemampuan
dan konsentrasi serta gairah untuk beraktifitas, daya ingat rendah, kapasitas pemecahan
masalah dan prestasi belajar yang rendah serta gangguan perilaku.
Mengingat
resiko yang terjadi pada anemia gizi berpengaruh terhadap prestasi belajar anak,
maka upaya yang dapat dilakukan yaitu peningkatan status gizi dengan penambahan
suplemen zat besi dan zink (Zn), serta asupan zat besi seperti daging merah,
hati, ikan, ayam, sayur-sayuran. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan
meneliti hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar Mahasiswa.
B. Permasalahan
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“ Apakah ada hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar mahasiswa ?”
C. Tujuan
dan Manfaat
Tujuan umum adalah diketahuinya tingkat
hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar Mahasiswa. Tujuan khusus yaitu
mengidentifikasi kadar Hb Mahasiswa, mengidentifikasi prestasi belajar yang
nilainya tidak baik dan baik pada Mahasiswa, menganalisa hubungan antara kadar
Hb dengan prestasi belajar Mahasiswa, mengukur tingkat hubungan antara kadar Hb
dengan prestasi belajar Mahasiswa.
Manfaat penelitian adalah meningkatkan pengalaman dan menambah wawasan peneliti
dalam pengetahuan mengenai hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar
mahasiswa.
D. Ruang
Lingkup
Pengertian
Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin
adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah
dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi
(Wikipedia, 2007).
Hemoglobin
adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel
darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hemoglobin
merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur
secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar
hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah
(Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram
setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn,
2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena
kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah
menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin
(WHO dalam Arisman, 2002)
Tabel 2.1.1 Batas Kadar Hb
Hemoglobin
Kelompok
Umur
|
Batas Nilai Hemoglobin
(gr/dl)
|
Anak 6
bulan - 6 tahun
|
11,0
|
Anak 6
tahun - 14 tahun
|
12,0
|
Pria
dewasa
|
13,0
|
Ibu
hamil
|
11,0
|
Wanita
dewasa
|
12,0
|
Sumber : WHO dalam arisman 2002
Tabel
2.1.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur
Kelompok
|
Umur
|
Hb
(gr/100ml)
|
Anak
Dewasa
|
1.
6 bulan sampai 6 tahun
2.
6-14 tahun
1.
Laki-laki
2.
Wanita
3.
Wanita hamil
|
11
12
13
12
11
|
Sumber : Depkes RI, 1999 (Zarianis, 2006)
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar atau hasil belajar
adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang. Penguasaan prestasi bila dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
kemampuan motorik (Sukmadinata, 2005). Prestasi belajar pada dunia pendidikan
adalah hasil pencapaian seseorang selama mengikuti pelajaran di sekolah yang
berbentuk skor atau nilai (Sukmana, 2004).
Ada dua pendekatan didalam pelaksanaan
pengajaran di sekolah, yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan
yang menekankan proses belajar. Sesungguhnya antara kedua pendekatan tersebut
tidak terdapat perbedaan, karena suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh
melalui proses yang baik pula (Sukmadinata, 2005).
E. Metodologi
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada suatu saat. Artinya tiap subjek penelitian penelitian hanya
diobservasi sekali saja, dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
variable subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar