Senin, 07 Januari 2013

Tugas Aplikasi Komputer (SPSS)


VARIABEL VIEW

Variabel view merupakan salah satu cara untuk memasukkan nama variabel yang selanjutnya akan diolah dalam program statistik SPSS. Oleh karena itu, dalam memasukkan variabel di kolom variabel view, beberapa hal yang menjadi perhatian pada pembuatan variabel di jendela variabel view SPSS adalah sebagai berikut:
1.      Name, merupakan ruang dari nama variabel yang dimasukkan. Nama ini harus diisikan dengan kata yang singkat dan mudah dimengerti, singkat dan padat. Ruang ini hanya dipakai sebagai pengganti sementara dari nama yang sesungguhnya.
2.   Type, merupakan ruang untuk menentukan jenis data dari variabel yang akan dimasukkan ke dalam program spss,  yang terdiri dari variabel numeric, comma, dot, scientific notation, date, dollar, custom currency, dan string.
  • Numeric : digunakan untuk jenis data yang berupa angka (bilangan).
  • Comma : merupakan jenis data yang digunakan untuk data numeric yang dinyatakan dengan bilangan desimal.
  • Dot : merupakan tipe data untuk data numerik yang dinyatakan sebagai variabel dot.
  • Scientific notation : digunakan untuk variabel data numerik yang dinyatakan dengan E (eksponen).
  • Date : digunakan untuk tipe data tanggal, biasanya dipergunakan dalam analisis time series.
  •  Dollar : digunakan untuk variabel data numerik yang dinyatakan dengan tanda dollar ($).
  • Custom Currency : digunakan untuk data numerik yang dinyatakan dalam salah satu format custom currency (format mata uang) yang terdefinisikan dalam tab currency pada kotak dialog options.
  • String : merupakan tipe data non numerik (bukan angka) dan tidak dapat digunakan untuk kalkulasi.
3.      Width, digunakan untuk menentukan besar karakter dari kolom nama variabel.
4.      Decimals, digunakan untuk memberikan nilai desimal dibelakang koma.
5.      Label, adalah keterangan yang lebih lengkap untuk nama variabel. Jika sebelumnya Anda hanya dibatasi untuk memberikan nama variabel sejumlah 8 karakter pada kolom name, maka pada bagian ini Anda dapat menuliskan nama variabel selengkap mungkin. Nama pada label ini juga yang akan muncul pada output SPSS.
6.  Values, merupakan kolom yang dapat digunakan untuk mengonversikan data non numerik ke tipe numerik. Untuk variabel jenis string tidak menggunakan ruang ini (ruang ini tidak diisi).
  • Value : digunakan untuk coding. Diisi dengan angka, misal 1, 2, 3 dst, sebanyak kategorisasi yang ada untuk variabel tsb.
  • Value Label : digunakan untuk definisi value. Diisi dengan penjelasan atas angka/kategorisasi yang dibuat.
7.   Missing digunakan untuk mencegah terjadinya data yang hilang pada proses pengolahan data. Ada 3 pilihan dalam mendeklarasikan missing value, yaitu:
  • No missing value : Apabila data lengkap atau ada data yang missing, maka klik pilihan no missing values.
  • Discrete missing value : apabila data yang missing bertipe diskrit. User dapat mengidentifikasikan 3 data missing yang berbeda.
  • Range plus one optional discrete missing value : Jika variabel tersebut menggandung missing value yang berupa interval suatu bilangan dan sebuah harga missing sebagai harga alternatif lain, misal: 7–9 atau 0.
8.      Columns, digunakan untuk mengatur lebar kolom variabel pada data view.
9.     Align, digunakan untuk mengatur penataan tampilan data variabel pada data view, yang terdiri atas rata kiri, kanan atau tengah sel.
10. Measure, digunakan untuk menentukan spesifikasi tipe skala data yang terdiri dari scale, ordinal dan nominal.
  • Scale : merupakan penggabungan dari skala pengukuran interval dan ratio, yang digunakan untuk data yang bersifat kontinu (contoh : usia, suhu).
  • Ordinal : adalah skala data untuk data kategorikal yang dapat diurut (contoh : tingkat kepuasan pelanggan).
  • Nominal : adalah skala data untuk data kategorikal yang tidak bisa diurut (contoh : kode pos, nama), biasanya data berupa variabel string (non numerik).

Minggu, 30 Desember 2012

Outline Kuantitatif : Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kejadian Anemia Pada Anak




HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK
Samsiah
 Semester V C, FKM UWIGAMA, NPM : 10.13201.01395
Blog : samsiah81.blogspot.com

A.     Latar Belakang Masalah
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengandefisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 di antara jaringan dan darah. Hingga saat ini anemia masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia selain masalah kurang energi protein,kurang vitamin A dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI) (Subagio, 2007). Prevalensi anemia digunakan sebagai indikator alternatif untuk defisiensi zat besi pada tatanan kesehatan masyarakat yang diukur  berdasarkan nilai kadar hemoglobin.
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia karena prevalensinya masih tinggi pada semua kelompok umur, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Villalpando, et al. (2002) prevalensi anemia pada anak menurun seiring bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan di Mexico prevalensi anemia tertinggi pada anak usia 12–24 bulan (48,9%). Sedangkan pada anak usia sekolah 5-11 tahun prevalensinya berkisar antara 14,6–22%. Pada anak usia 11 tahun prevalensi anemia ditemukan sebesar 14,6%. Departemen Kesehatan (Depkes) (2008) dalam Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa prevalensi anemia di Indonesia adalah 14,8%, dengan jenis anemia terbanyak adalah anemia mikrositik hipokromik(60,2%). Jika dibandingkan antara anak-anak dan dewasa, anemia mikrositik hipokromik ini lebih besar proporsinya pada anak-anak (70,1%), sedangkan pada laki-laki dewasa 33,4%, dan pada wanita dewasa 59,9%. Anemia mikrositik-hipokromik, dapat terjadi karena kekurangan zat besi, penyakit kronis tingkat lanjut, atau keracunan timbal, sedangkan anemia normositik normokromik biasanya terjadi karena penyakit kronis.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ Adakah hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kejadian anemia pada anak ?”
C.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan umum adalah diketahuinya tingkat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kejadian anemia pada anak.
Manfaat penelitian adalah sebagai masukan bagi institusi terkait, seperti Puskesmas, Dinas Pendidikan dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan anak, khususnya anak-anak sekolah dalam mencapai prestasi belajar, serta sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk lebih memperhatikan kesehatan anak terkait dengan peningkatan prestasi belajar anak.
D.     Ruang Lingkup
Kebiasaan Sarapan Pagi
Sarapan atau makan pagi sangat penting bagi tubuh. Apalagi jika dituntut untuk bekerja seharian. Terkadang banyak orang mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya waktu, atau bosan dengan sarapan itu-itu saja. Padahal, sarapan bukan sekedar pengganjal perut. Tetapi juga memberikan energi agar bisa beraktivitas dengan baik. Otak bekerja lebih optimal dan tiadak cepat mengantuk.
Sarapan pagi sangat penting karena tubuh hanya memiliki sedikit cadangan makanan dari makan malam 7 – 8 jam sebelumnya, sementara kegiatan dari pagi sampai waktu makan siang setidaknya memerlukan 1/4 - 1/3 dari jumlah makanan. Dengan sarapaan pagi, maka cadangan tenaga akan terisi kembali. Ini tentu saja sangat diperlukan untuk aktivitas belajar ataupun bekerja (http//percikan-iman//com).
Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak. Hal ini didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat dengan kecerdasan mental. Dalam  artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap otak. Otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah berkonsentrasi. Hal ini secara tidak langsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap manusia dalam beraktivitas. Baaik di sekolah maupun di tempat kerja.
Sarapan yang baik harus banyak mengandung karbohidrat, karena kandungan karbohidrat yang dikonsumsi di pagi hari. Akan merasang glukosa dan mikro nutrien dalam otak. Karena karbohidrat merupakan salah stu nutrien yang menghasilkan energi yang berfungsi untuk memacu otak. Karbohidrat sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu karbohidrat simpleks dan karbohidrat kompleks.
Kejadian Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).
Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Murgiyanta, 2006).
E.      Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja, dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005).

Outline Kuantitatif : Hubungan Antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Mahasiswa



HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Samsiah
Semester V  C, FKM UWIGAMA, NPM : 10.13201.01395
Blog : samsiah81.blogspot.com
A.     Latar Belakang Masalah
Menurut Jacobson (2004) dalam Soetjiningsih (2004), mengatakan bahwa anemia pada remaja usia 12-14 bila kadar Hb < 12,3 g% bagi laki-laki dan Hb < 11,8 g% untuk perempuan. Menurut Rachmawati (2007), anemia ditandai dengan rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Anemia sering dianggap penyakit biasa. Ketika mengalami gejala kurang darah seperti letih, lesu, pucat, dan berkeringat dingin, banyak orang mengabaikannya. Padahal, jika tidak segera diatasi kondisi ini bisa menimbulkan dampak lebih serius terhadap kualitas SDM.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) tahun 2001 yang dikutip Usman (2008), bahwa di Amerika Serikat 30-40% balita dan wanita usia subur (WUS) dengan status anemia defisiensi besi. Sedangkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001 dalam Dahuri (2005) oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang terdapat 26,5% pada anak usia sekolah dan remaja mengalami anemia gizi besi. Ditegaskan pula oleh Soedjatmiko (2000) dalam Rachmawati (2007), bahwa angka anemia untuk remaja putri sebesar 6,3 juta jiwa (57,1%). Pada kelompok anak usia sekolah 6-18 tahun menurut Fadilah (2007) dalam Rachmawati (2007) bahwa anemia gizi besi mencapai 65 juta jiwa.
Para remaja rentan mengalami kurang gizi besi pada periode puncak tumbuh kembang. Kurangnya asupan gizi besi ini dikarenakan pola makan yang salah, serta pengaruh dari lingkungan. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di lapangan terhadap 10 Mahasiswa, didapatkan 5 mahasiswa mengalami anemia, 3 diantaranya mempunyai prestasi belajar yang rendah.
Berbagai kajian ilmiah menunjukkan bahwa penderita kekurangan zat besi berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Zat besi sebagai pigmen pengangkut oksigen (O2) dalam darah, sedangkan O2 sendiri diperlukan tubuh untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi. Kurangnya kadar O2 dalam darah menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi sel di seluruh tubuh termasuk otak. Sebagai akibatnya seperti yang diungkapkan Fadilah (2007) dalam Rachmawati (2007), kemampuan berfikir atau kognitif anak sekolah terganggu, badan menjadi lemah, letih, lesu dan lalai. Hal ini dapat menyebabkan turunnya kemampuan dan konsentrasi serta gairah untuk beraktifitas, daya ingat rendah, kapasitas pemecahan masalah dan prestasi belajar yang rendah serta gangguan perilaku.
Mengingat resiko yang terjadi pada anemia gizi berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, maka upaya yang dapat dilakukan yaitu peningkatan status gizi dengan penambahan suplemen zat besi dan zink (Zn), serta asupan zat besi seperti daging merah, hati, ikan, ayam, sayur-sayuran. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan meneliti hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar Mahasiswa.
B.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar mahasiswa ?”
C.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan umum adalah diketahuinya tingkat hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar Mahasiswa. Tujuan khusus yaitu mengidentifikasi kadar Hb Mahasiswa, mengidentifikasi prestasi belajar yang nilainya tidak baik dan baik pada Mahasiswa, menganalisa hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar Mahasiswa, mengukur tingkat hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar Mahasiswa.
Manfaat penelitian adalah meningkatkan pengalaman dan menambah wawasan peneliti dalam pengetahuan mengenai hubungan antara kadar Hb dengan prestasi belajar mahasiswa.
D.     Ruang Lingkup
Pengertian Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi (Wikipedia, 2007).
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.
Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15 gram setiap 100 ml darah dan jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002)

Tabel 2.1.1 Batas Kadar Hb
Hemoglobin Kelompok Umur
Batas Nilai Hemoglobin (gr/dl)
Anak 6 bulan - 6 tahun
11,0
Anak 6 tahun - 14 tahun
12,0
Pria dewasa
13,0
Ibu hamil
11,0
Wanita dewasa
12,0

 Sumber : WHO dalam arisman 2002

Tabel 2.1.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap kelompok Umur
Kelompok
Umur
Hb (gr/100ml)
Anak


Dewasa
1. 6 bulan sampai 6 tahun
2. 6-14 tahun

1. Laki-laki
2. Wanita
3. Wanita hamil
11
12

13
12
11

 Sumber : Depkes RI, 1999 (Zarianis, 2006)
Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan prestasi bila dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun kemampuan motorik (Sukmadinata, 2005). Prestasi belajar pada dunia pendidikan adalah hasil pencapaian seseorang selama mengikuti pelajaran di sekolah yang berbentuk skor atau nilai (Sukmana, 2004).
Ada dua pendekatan didalam pelaksanaan pengajaran di sekolah, yaitu pendekatan yang mengutamakan hasil belajar dan yang menekankan proses belajar. Sesungguhnya antara kedua pendekatan tersebut tidak terdapat perbedaan, karena suatu hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui proses yang baik pula (Sukmadinata, 2005).
E.      Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya tiap subjek penelitian penelitian hanya diobservasi sekali saja, dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005).