Minggu, 30 Desember 2012

Outline Kuantitatif : Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Kejadian Anemia Pada Anak




HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK
Samsiah
 Semester V C, FKM UWIGAMA, NPM : 10.13201.01395
Blog : samsiah81.blogspot.com

A.     Latar Belakang Masalah
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengandefisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 di antara jaringan dan darah. Hingga saat ini anemia masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia selain masalah kurang energi protein,kurang vitamin A dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI) (Subagio, 2007). Prevalensi anemia digunakan sebagai indikator alternatif untuk defisiensi zat besi pada tatanan kesehatan masyarakat yang diukur  berdasarkan nilai kadar hemoglobin.
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia karena prevalensinya masih tinggi pada semua kelompok umur, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Villalpando, et al. (2002) prevalensi anemia pada anak menurun seiring bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan di Mexico prevalensi anemia tertinggi pada anak usia 12–24 bulan (48,9%). Sedangkan pada anak usia sekolah 5-11 tahun prevalensinya berkisar antara 14,6–22%. Pada anak usia 11 tahun prevalensi anemia ditemukan sebesar 14,6%. Departemen Kesehatan (Depkes) (2008) dalam Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa prevalensi anemia di Indonesia adalah 14,8%, dengan jenis anemia terbanyak adalah anemia mikrositik hipokromik(60,2%). Jika dibandingkan antara anak-anak dan dewasa, anemia mikrositik hipokromik ini lebih besar proporsinya pada anak-anak (70,1%), sedangkan pada laki-laki dewasa 33,4%, dan pada wanita dewasa 59,9%. Anemia mikrositik-hipokromik, dapat terjadi karena kekurangan zat besi, penyakit kronis tingkat lanjut, atau keracunan timbal, sedangkan anemia normositik normokromik biasanya terjadi karena penyakit kronis.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ Adakah hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kejadian anemia pada anak ?”
C.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan umum adalah diketahuinya tingkat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kejadian anemia pada anak.
Manfaat penelitian adalah sebagai masukan bagi institusi terkait, seperti Puskesmas, Dinas Pendidikan dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan anak, khususnya anak-anak sekolah dalam mencapai prestasi belajar, serta sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk lebih memperhatikan kesehatan anak terkait dengan peningkatan prestasi belajar anak.
D.     Ruang Lingkup
Kebiasaan Sarapan Pagi
Sarapan atau makan pagi sangat penting bagi tubuh. Apalagi jika dituntut untuk bekerja seharian. Terkadang banyak orang mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya waktu, atau bosan dengan sarapan itu-itu saja. Padahal, sarapan bukan sekedar pengganjal perut. Tetapi juga memberikan energi agar bisa beraktivitas dengan baik. Otak bekerja lebih optimal dan tiadak cepat mengantuk.
Sarapan pagi sangat penting karena tubuh hanya memiliki sedikit cadangan makanan dari makan malam 7 – 8 jam sebelumnya, sementara kegiatan dari pagi sampai waktu makan siang setidaknya memerlukan 1/4 - 1/3 dari jumlah makanan. Dengan sarapaan pagi, maka cadangan tenaga akan terisi kembali. Ini tentu saja sangat diperlukan untuk aktivitas belajar ataupun bekerja (http//percikan-iman//com).
Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak. Hal ini didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat dengan kecerdasan mental. Dalam  artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap otak. Otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah berkonsentrasi. Hal ini secara tidak langsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap manusia dalam beraktivitas. Baaik di sekolah maupun di tempat kerja.
Sarapan yang baik harus banyak mengandung karbohidrat, karena kandungan karbohidrat yang dikonsumsi di pagi hari. Akan merasang glukosa dan mikro nutrien dalam otak. Karena karbohidrat merupakan salah stu nutrien yang menghasilkan energi yang berfungsi untuk memacu otak. Karbohidrat sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu karbohidrat simpleks dan karbohidrat kompleks.
Kejadian Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2008). Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).
Menurut Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi (Murgiyanta, 2006).
E.      Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja, dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005).

1 komentar: