HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN
PAGI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK
Samsiah
Semester V C, FKM UWIGAMA, NPM :
10.13201.01395
Blog :
samsiah81.blogspot.com
A. Latar Belakang Masalah
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang
ditandai dengandefisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar
hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2
di antara jaringan dan darah. Hingga saat ini anemia masih menjadi masalah kesehatan
utama di Indonesia selain masalah kurang energi protein,kurang vitamin A dan
gangguan akibat kurang iodium (GAKI) (Subagio, 2007). Prevalensi anemia
digunakan sebagai indikator alternatif untuk defisiensi zat besi pada tatanan
kesehatan masyarakat yang diukur berdasarkan
nilai kadar hemoglobin.
Anemia
merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia karena prevalensinya masih tinggi
pada semua kelompok umur, terutama di negara-negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Villalpando, et al. (2002) prevalensi anemia pada anak menurun seiring
bertambahnya usia. Penelitian yang dilakukan di Mexico prevalensi anemia
tertinggi pada anak usia 12–24 bulan (48,9%). Sedangkan pada anak usia sekolah
5-11 tahun prevalensinya berkisar antara 14,6–22%. Pada anak usia 11 tahun
prevalensi anemia ditemukan sebesar 14,6%. Departemen Kesehatan (Depkes) (2008)
dalam Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa prevalensi anemia di Indonesia
adalah 14,8%, dengan jenis anemia terbanyak adalah anemia mikrositik
hipokromik(60,2%). Jika dibandingkan antara anak-anak dan dewasa, anemia mikrositik
hipokromik ini lebih besar proporsinya pada anak-anak (70,1%), sedangkan pada
laki-laki dewasa 33,4%, dan pada wanita dewasa 59,9%. Anemia
mikrositik-hipokromik, dapat terjadi karena kekurangan zat besi, penyakit
kronis tingkat lanjut, atau keracunan timbal, sedangkan anemia normositik
normokromik biasanya terjadi karena penyakit kronis.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah “ Adakah hubungan antara kebiasaan
sarapan pagi dengan kejadian anemia pada anak ?”
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan umum adalah diketahuinya tingkat
hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan kejadian anemia pada anak.
Manfaat penelitian adalah sebagai masukan bagi institusi terkait, seperti
Puskesmas, Dinas Pendidikan dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan
anak, khususnya anak-anak sekolah dalam mencapai prestasi belajar, serta sebagai
bahan masukan bagi sekolah untuk lebih memperhatikan kesehatan anak terkait
dengan peningkatan prestasi belajar anak.
D. Ruang Lingkup
Kebiasaan
Sarapan Pagi
Sarapan
atau makan pagi sangat penting bagi tubuh. Apalagi jika dituntut untuk bekerja
seharian. Terkadang banyak orang mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya
waktu, atau bosan dengan sarapan itu-itu saja. Padahal, sarapan bukan sekedar
pengganjal perut. Tetapi juga memberikan energi agar bisa beraktivitas dengan
baik. Otak bekerja lebih optimal dan tiadak cepat mengantuk.
Sarapan
pagi sangat penting karena tubuh hanya memiliki sedikit cadangan makanan dari
makan malam 7 – 8 jam sebelumnya, sementara kegiatan dari pagi sampai waktu
makan siang setidaknya memerlukan 1/4 - 1/3 dari jumlah makanan. Dengan
sarapaan pagi, maka cadangan tenaga akan terisi kembali. Ini tentu saja sangat
diperlukan untuk aktivitas belajar ataupun bekerja (http//percikan-iman//com).
Seorang
ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak. Hal ini
didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat
dengan kecerdasan mental. Dalam artian,
sarapan memberikan nilai positif terhadap otak. Otak menjadi lebih cerdas, peka
dan lebih mudah berkonsentrasi. Hal ini secara tidak langsung akan mendatangkan
pengaruh positif terhadap manusia dalam beraktivitas. Baaik di sekolah maupun
di tempat kerja.
Sarapan
yang baik harus banyak mengandung karbohidrat, karena kandungan karbohidrat
yang dikonsumsi di pagi hari. Akan merasang glukosa dan mikro nutrien dalam
otak. Karena karbohidrat merupakan salah stu nutrien yang menghasilkan energi
yang berfungsi untuk memacu otak. Karbohidrat sendiri dibagi menjadi dua jenis,
yaitu karbohidrat simpleks dan karbohidrat kompleks.
Kejadian Anemia
Anemia
merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah sel darah
merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Arisman, 2008).
Anemia sebagai keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis.
Defisiensi Fe merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah
satu-satunya penyebab anemia (Fatmah dalam FKM UI, 2007).
Menurut
Nursalam, Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan
kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh manusia.
Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai dengan anemia yang
ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan
daya tahan tubuh. Penyebab anemia bermacam-macam diantaranya adalah anemia
defisiensi zat besi (Murgiyanta, 2006).
E. Metodologi Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya, tiap subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja, dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variable subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005).